Minggu, 28 Juli 2013

Sinopsis Goddess of Fire Jung Yi episode 8 part 2



Sinopsis Goddess of Fire episode 8 part 2

Sinopsis Goddess of Fire episode 8 part 2



Para pekerja itu berlari dalam keadaan bertelanjang dada, menghindari sambaran jurus lainnya yang mungkin dikerahkan oleh Tae Do. Jung Yi masih membiarkan badannya setengah terendam air sungai. Menggigil kedinginan, dengan kedua tangan yang mencoba menghalau dingin dan pakaian tipis yang basah.



Tae Do datang. Ia membantu Jung Yi untuk berdiri. Ia membagi pakaiannya pada Jung Yi, menutupi kain tipis yang basah.


Seluruh pakaian Jung Yi dijemur di bebatuan besar menjulang di sisi sungai. Pakaian bagian atas Tae Do masih cukup kering dan bisa dipakai untuk sekedar menunggu pakaian Jung Yi mengering. Selagi berganti pakaian, Jung Yi berkata dengan nada mengancam, “Oppa, Jangan lihat. Jangan lihat.” Tae Do tersenyum, membiarkan punggungnya menutupi Jung Yi yang tengah berganti pakaian.



“Oppa, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Jung Yi. “Bukankah aku mengatakan bahwa aku akan selalu berada disampingmu?” jawab Tae Do, lengkungan senyum tulus itu merekah. “Maksud Oppa?” tanya Jung Yi dengan polos. “Aku diterima menjadi pengawal istana, dan mereka memberikan keleluasaan bagiku untuk dapat mengunjungi Bunwon.”


Mereka merebahkan diri, menatap langit, menikmati silau yang dibagi oleh matahari terik di sisi sungai. “Oppa, bagaimana dengan keadaan Hwang Ryeong?” Jung Yi menyimpan rasa rindu pada sahabatnya itu. “Dia baik-baik saja.” Jawab Tae Do. “Setiap kali aku bertemu dengan ayah Hwang Ryeong, aku merasa sangat bersalah. Seharusnya aku memberikan penghormatanku padanya, tapi aku tidak bisa melakukan hal itu saat ini.”



“Kau bertemu dengan Prince Kwang Hae, apakah dia mengenalimu?” tanya Tae Do. “Bila Oppa tidak dapat mengenaliku, maka Prince Kwang Hae pun sama. Ah~ Benar-benar selalu sial, setiap kali kita bertemu, selalu saja ada kesalahpahaman. Tapi pada akhirnya kesalahpahaman itu terpecahkan.” Ada semburat bahagia di mata Jung Yi saat membicarakan Prince Kwang  Hae.



“Oppa, Prince Kwang Hae sudah berubah menjadi sangat dewas. Sekarang, Yang Mulia selalu mengambil keputusan dengan baik dan bijaksana.” Jung Yi tersenyum di akhir ceritanya. Raut wajah Tae Do jelas mengatakan kalau ia cemburu. Ia mengalihkan pandangannya, mencari sesuatu yang kurang untuk mengalihkan perasaan.

Jung yi tiba-tiba teringat sesuatu, ia ingat bahwa Yook Do akan mencarinya bila ia telat kembali ke Bunwon. Bergegas, Jung Yi mengambil pakaiannya yang sudah mongering. Kembali menggunakan pakaian pria itu.


Tae Do berjalan tepat di samping Jung Yi, meniti langkah bersamaan. Beratnya benda yang dibawa Jung Yi, membuat Tae Do ingin sekali membantu. Tapi Jung Yi menjawab, “Oppa, aku seorang laki-laki. Aku harus terbiasa dengan hal ini. Lagi pula aku sudah membawa perkakas yang berat seperti ini setiap hari.” Tae Do hanya tersenyum.



“Jika sesuatu terjadi, cari dan datanglah padaku.” ucap Tae Do dengan tulus. “Oppa, bila ada banyak orang disekitar kita, kita harus berpura-pura bahwa kita tidak saling mengenal satu sama lain.” Jung Yi menjawab seraya berjalan mendahului Tae Do.



Tae Do menyusul langkah kecil Jung Yi yang tiba-tiba terhenti. Jung Yi menaruh semua perkakas yang dibawanya, tangannya sibuk mencari sesuatu di saku celana. Sebuah tali berwarna gelap ditunjukkannya pada Tae Do. “Oppa, give me your hand.” Tae Do mengulurkan tangannya, disambut dengan ikatan simpul sederhana yang dibuat oleh Jung Yi di pergelangan tangan Tae Do.



Jung Yi berkata, “Jika kau ingin mengatakan sesuatu padaku, ikatkan tali ini di dahan pohon yang tertanam di depan bangunan Bunwon. Maka aku akan menunggumu di depan gua, tempat yang baru saja kita temukan.” Tae Do melakukan hal yang sama, ia mengikat longgar tali miliknya di pergelangan tangan Jung Yi.


Senyumnya terus menerus merekah tanpa henti, “Sama seperti dirimu, bila sesuatu terjadi temui aku. Aku akan menemukanmu apapun yang terjadi.”



Jung Yi memberikan hasil temuan clay putih pada Yook Do. Sesuai dengan theory kakek guru ajarkan bahwa walaupun berada di pegunungan dengan tanah yang sama, tapi kadar air, kadar cahaya matahari yang menyinari, akan membuat clay putih di dasar tanah menjadi berbeda. Untuk itu Jung Yi membawakan clay putih yang dirasa baik.


Namun pemahaman Yook Do berbeda meskipun ia sempat terkejut dengan penjelasan Jung yi yang dirasa amat sangat berkualitas. Yook Do mengharuskan Jung Yi untuk mencari jenis clay putih sesuai dengan bahan baku yang biasa digunakan oleh pengrajin keramik kerajaan. Ada pertanyaan yang menelisik, dari mana Jung Yi mengetahui semua hal itu.

Setiap orang memiliki guru nya masing-masing. Kang Chul yang juga sebagai guru dan ayah. Jung Yi mencari-cari alasan, ia tidak mungkin mengatakan bahwa kakek gurulah yang mengajarinya. Karena nantinya, mungkin Yook Do akan mengusik kakek guru. Akhirnya Jung Yi menemukan alasan, ia mengatakan bahwa ayahnya yang mengajarkan semua itu.


Kakek guru yang sangat merindukan Jung Yi, memutuskan untuk berhenti meminum arak. Kerinduan terhadap Jung Yi benar-benar membuatnya membuang dan menjauhkan arak dari kehidupannya. Ia bahkan menolak disuguhkan arak, saat berada di kedai langganannya. Meskipun beberapa orang yang tengah meminum arak sangat membuatnya tergoda. Ia tetap bertahan pada ketetapannya, bahwa kakek guru tidak akan meminum arak lagi.



Di tempat pembuatan keramik miliknya, ia terbayang Jung Yi kecil yang bertanya padanya, “Mengapa kau berhenti meminum arak?” Kakek guru yang masih gagal membuat keramik karena kehilangan kemampuan berkonsentrasi dan tangannya yang mulai melemah, pun menjawab, “Kau bahkan dapat pergi ke kerajaan dengan bertekad hanya pada pakaian pria yang kau gunakan. Kau pikir aku tidak bisa berhenti minum arak.” Mata kakek dilinangi air mata.



“Bagaimana jika kau diusir dari kerajaan dan kembali ke sini? Bukankah itu saat yang baik bagiku utuk mengajarimu kembali tentang beberapa pengajaran seni keramik.” Kakek ingin sekali membuat Jung Yi bangga. Bila Jung Yi pulang kembali padanya, ia akan dengan sangat bahagia menunjukkan bahwa dirinya sudah berhasil untuk tidak lagi meminum arak. Ia sudah bisa hidup mandiri, tanpa arak.



Pagi itu, Menteri China benar-benar mengibarkan bendera perang pada Prince Kwang Hae. Sesuai dengan suruhan ratu, perwakilan China akan mengadu pada Raja tentang ulah Prince Imhae yang menyogoknya menggunakan guci keramik kerajaan. Guci keramik berlukis bunga itu tepat di taruh di tengah meja tempat Raja dan Menteri China tengah berdiskusi.



Mendengar berita seperti itu, harga diri Raja seperti diinjak-injak. Ia tertawa hambar menanggapi informasi yang baru saja disebutkan oleh Menteri China. Namun, tangannya tetap mengcengkram erat, seolah menyembunyikan gejolak marahnya. Tawa hambar raja itu disertai dengan beberapa perkataan, bahwa dirinya akan segera menghukum Prince Imhae sesuai dengan hukum yang berlaku.



Di tempatnya, ratu menjalankan rencana lain, kelanjutan dari rencana awal. Ia tentu saja tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Bila ia dapat menumbangkan dua Princes sekaligus mengapa tidak menggunakan rencana liciknya. Ratu memanggil Prince Imhae. Ratu seolah tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya. Membujuk Prince Imhae untuk mengakui bahwa dirinya hanya diperalat oleh Prince Kwang Hae.



Dipergoki seperti itu, Prince Imhae segera berlutut memohon agar Ratu dapat menyelamatkannya. Dengan kepura-puraannya, Ratu berkata, “Sebagai ibu akan akan melindungimu. Kudengar bahwa apa yang kau perbuat ini adalah karena suruhan Prince Kwang Hae. Apakah itu benar?” Kang Chul menegaskan kepura-puraan Ratu, “Aku telah mengintrogasi pengrajin itu, dan ia mengatakan bahwa Prince Kwang Hae yang telah mengambil keramik putih.”



Mendengar hal seperti itu, Prince Imhae mengambil kesempatan. Kedua orang tadi, Ratu dan Kang Chul seolah menuduh Prince Kwang Hae sebagai dalang dari segala hal buruk yang dilakukan oleh Prince Imhae. Mungkin dengan menuduh Prince Kwang Hae dan mengiyakan semua perkataan Ratu, Prince Imhae akan terselamatkan. Prince Imhae pun menjawab dengan lantang, menyalahkan Prince Kwang Hae, “Benar Yang Mulia Ratu, bahwa semua ini adalah ulah Prince Kwang Hae. Ia yang telah menyuruhku untuk mengambil guci keramik putih itu dan mempersebahkannya kepada Menteri China.”


Ratu tersenyum jahat, mangsanya telah masuk ke dalam perangkap yang telah ia buat, dan ini waktunya untuk merayakan hal itu. “Maka, mintalah maaf pada Raja, agar kau dapat segera diampuni. Bukankah kau tidak bersalah.” Ratu memberikan saran. Prince Imhae yang mendengarkan tanpa menyaringnya terlebih dahulu, tanpa berpikir, tanpa mengubah taktik, ia langsung saja pergi menemui Raja.



Melihat kedatangan Prince Imhae, kemarahan yang Raja miliki semakin menjadi. Lahar amarahnya mengalir terhadap kesalahan Prince Imhae. Memberikan sogokan Menteri China dengan sebuah guci keramik putih, agar mendapatkan tahta kerajaan, merupakan cara kotor yang tidak sepantasnya dilakukan oleh Prince Imhae.


Di tengah amarah Raja, Prince Imhae dengan terbata menyebutkan, “Kwang.. Kwang Hee.. abamama. Kwang Hee, ayah. Kwang Hee yang menyuruhku dan membujukkan dengan semua perkataannya, sehingga aku melakukan perbuatan kotor itu. Kwang Hae yang menjadi dalang semua ini, Ayahanda.” Raja setengah tidak percaya, “Semua yang kau katakana itu apakah benar?” Prince Imhae yang licik menganggukkan kepalanya berkali-kali.



Para pengawal kerajaan menahan Prince Kwang Hae tepat dihadapan Prince Sin Seong. Prince Sin Seong sama sekali tidak mengetahui perkara besar yang membuat kakaknya itu harus diborgol oleh para pengawal. Ia bahkan menyarankan Prince Kwang Hae untuk melarikan diri dan bersembunyi, Prince Kwang Hae hanya tersenyum mendengar saran Prince Sin Seong. Semuanya akan baik-baik saja, hanya ada beberapa kesalahpahaman saja, ucap Prince Kwang Hae.



Dari kejauhan, barisan pasukan pengawal kerajaan yang tengah mengamankan Prince Kwang Hae, terlihat oleh Jung Yi. Ia yang tengah membawa perkakas di punggungnya, langsung mencari tahu mengapa perkara apa yang telah melibatkan Prince Kwang Hae.


Akhirnya, mulut besar Ayah Hwang Ryeonglah yang memberitahukan Jung Yi, bahwa Prince Kwang Hae telah tertuduh sebagai salah satu dalang dari hilangnya salah satu guci dari gudang, guci yang dipersembahkan oleh Prince Imhae kepada menteri china hanya agar diri Prince Kwang Hae dapat mejadi Putra mahkota. Dengan lantang Jung Yi menentang semua yang dikatakan oleh Ayah Hwang Ryeong.



Ratu datang dengan tergesa-gesa, seolah baru mendengar berita ini, ia menatih nafasnya. Menggunakan kelicikannya untuk menyerang balik Prince Kwang Hae dan bahkan Prince Imhae, “Yang Mulia, ini benar-benar sangat tidak baik bagi kerajaan Joseon. Bagaimana bisa dua orang keturunan mu yang memiliki darah kerajaan, melakukan persekonkolan hanya untuk mendapatkan tahta. Mencoba menjatuhkan satu sama lain, Yang Mulia.” Ratu membuat-buat suaranya agar terdengar tengah merintih sedih.



Prince Imhae menatap penuh keterkejutan, merasa dikhianati, bukankah tadi Ratu berjanji bahwa Ratu akan menyelamatkan dirinya, bila saja Prince Imhae melempar kesalahannya kepada Prince Kwang hae.



Keputusan Raja diturunkan, kedua orang Prince ini terbukti telah melakukan tindakan tidak terpuji. Hukuman akan segera ditentukan oleh Raja, namun hukuman awal telah dibuat. Prince Imhae dan Prince Kwang Hae diharuskan berlutut di depan kerajaan tanpa adanya istirahat, sebagai tanda penyesalan dan permintaan maaf.



Kekacauan ini terjadi karena kebodohan Jung Yi, dan ia mengetahui hal itu. Khawatir hal buruk terjadi pada Prince Kwang Hae, ia bergegas menemui Kang Chul. Dengan segala kenekat-annya, ia berada dihadapan Kang Chul. Memohon, agar Kang Chul dapat menjelaskan sejelas-jelasnya perihal permasalahan yang sebenarnya terjadi. “Semua ini sudah terjadi dan sudah melibatkan pihak kerajaan. Raja sendiri yang mengetahui hal ini. Akan sulit bagi kita untuk ikut campur.” Jawab Kang Chul.



Tak kehabisan akal, Jung Yi mengorbankan dirinya, “Kalau begitu izinkan aku. Izinkan aku untuk menjelaskan segalanya kepada pihak kerajaan. Aku mohon.” Ia memohon. Dibalik persetujuan Kang Chul terhadap keputusan Jung Yi, ada rencana licik lainnya. Itu terlihat dari senyum sangar yang diperlihatkan Kang Chul saat Jung Yi pergi.


Kang Chul memberikan perintah kepada Mapoong, kaki tangan yang juga merupakan pembunuh bayaran. Orang yang telah membunuh Ayah Jung Yi, Eul Dam. Orang yang dicari oleh Tae Do untuk membalaskan dendam Ayah Jung Yi. Membunuh seseorang bukan lagi hal yang taboo untuk Kang Chul, ia menyiapkan rencana lain untuk Mapoong. Rencana pembunuhan lain, “Mapoong, anak itu berusaha untuk mengacaukan segalanya. Habisi ia.” Suruh Kang Chul. Keselamatan Jung Yi benar-benar dalam bahaya.



Jung Yi teringat kata-kata Tae Do, tentang tali berwarna gelap ini. Ia sangat membutuhkan Tae Do, untuk membantunya pergi ke istana. Ia memberikan isyarat untuk Tae Do dengan menalikan tali berwarna gelap di dahan pohon tepat di depan bangunan Bunwoon. Ia menyimpulkan tali itu dengan cepat, untuk menghindari kecurigaan dari hilir mudiknya banyak orang yang ada di sana.



Tepat waktu, Tae Do menyadari isyarat yang diberikan Jung Yi. Ia bergegas menemui Jung Yi.



Meminta izin kepada Prince Sin Song yang juga tengah terburu-buru karena harus menyelematkan Prince Kwang Hae. “Yang Mulia. Ada seseorang yang harus aku lindungi. Izinkan aku untuk pergi agar dapat melindungi orang itu.” Pinta Tae Do. Prince Sin Seong  mengerti posisi Tae Do, saat ada seseorang yang mereka sayangi membutuhkan perlindungan mereka, maka bergegaslah pergi, selamatkan dan lindungi orang itu, jawab Prince Sin Seong.

Di tengah perjalanan, Mapoong terus menerus menguntit Jung Yi. Tapi, untungnya Tae Do segera datang.



Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Tae Do untuk menemukan sosok kecil Jung Yi. Ia menggenggam erat tangan Jung Yi dan membawanya ke tempat yang lebih aman. Ia bertanya, “Ada apa? Mengapa kau memberikan isyarat di dahan pohon itu.” “Oppa, aku harus pergi ke istana. Aku harus memasuki istana. Bukankah kau adalah pengawal pribadi Prince Sin Seong, kau pasti mengetahui bagaimana caranya.” Jung Yi sepenuhnya memohon.


Jung Yi menjelaskan, bahwa Prince Kwang Hae telah dituduh mencuri guci keramik putih, ia juga dituduh telah menusuk Raja dari belakang dengan memberikan sogokan guci keramik putih kepada Menteri China. Ia memastikan bahwa Prince kwang Hae tidak bersalah, yang bersalah adalah Jung Yi. “Satu-satunya orang yang dapat membersihkan namanya hanyalah aku, Orabeoni.” Mata Jung Yi sayu, ia benar-benar dalam kebingungan.

Mengorbankan diri Jung Yi untuk Prince Kwang Hae, Tae Do tidak akan pernah mengizinkan hal itu terjadi. Ia tidak akan lagi kehilangan Jung Yi, lebih baik jangan terlibat permasalahan ini. “Kau tahu bagaimana memanasnya keadaan kerajaan saat ini?” Tae Do meninggikan suaranya, tidak seperti biasanya. “Yang akan kau lakukan sangat berbahaya.”


Ia menggenggam tangan Jung Yi dengan lembut dan membawanya ke suatu tempat. Toko keramik yang ruangannya sudah berubah gelap. Tae Do mengetuk pintu, menghiraukan Jung Yi yang terus menerus memohon agar dapat memasuki istana. Seseorang membukakan pintu, Hwang Ryeong. Tae Do sengaja mempertemukan Jung Yi dengan Hwang Ryeong, berusaha untuk mengalihkan pikirannya. Seperti beberapa tahun lalu, ketika ayah Jung Yi meninggal, Tae Do mengajak Jung Yi ke tempat ini.




Melihat kedatangan orang yang sangat disayanginya, Hwang Ryeong senang bukan kepalang. Namun senyum itu perlahan menghilang saat tau, siapa yang berada di samping Tae Do. “Aku memohon  padamu, karena aku rasa kau satu-satunya yang dapat aku percaya.” Ungkap Tae Do. Ia menuntun Jung Yi memasuki ruangan.



Hwang Ryeong sama sekali tidak mengenali Jung Yi. Tapi linangan air mata yang akhirnya menetes di pipi Jung Yi, membuat Hwang Ryeong menyadari sesuatu.  “Hwang Ryeong. Ini aku.. Jung Yi.” Tangis Jung Yi merebak.


Hwang Ryeong menangis perlahan, tidak sanggup menerima kenyataan yang telah terjadi, ia menangis dan berlari keluar ruangan.


Di luar ruangan, Hwang Ryeong meminta agar Tae Do mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, “Kau mengatakan bahwa Jung Yi telah mati, saat yang terjadi sebenarnya adalah dia masih hidup. Kau membohongiku dan orang tuamu. Mengapa kau melakukan hal ini, Oppa?”


Dalam isaknya ia masih bercecar, “Setiap kali aku mengatakan padamu agar kau dapat melupakan Jung Yi, kau pasti menganggapnya sebagai lelucon. Aku benar-benar bodoh. Seharusnya aku mengetahui hal ini saat kau memutuskan untuk pergi ke Bun Woon. Kau bukan seseorang yang akan meninggalkannya sendirian seperti ini.”



Tae Do meminta Hwang Ryeong untuk menjaga Jung Yi, “Jung Yi saat ini berencana untuk melakukan hal yang berbahaya, untuk itu…” “Jangan khawatir Oppa. Aku akan menjaga Jung Yi, bukan karena kau suruh, tapi karena memang Jung Yi adalah satu-satunya sahabatku.”



Kegaduhan di hati Hwang Ryeong mereda, ia memperhatikan Jung Yi yang masih menangis. Keduanya menyembunyikan isaknya, perlahan Hwang Ryeong berjalan mendekati, memeluk Jung Yi dengan erat. Deburan beban di hati Jung Yi semakin mereda saat Hwang Ryeong memeluknya, dan yang hanya bisa ia katakan adalah permintaan maaf, “maafkan aku, Hwang Ryeong. Seharusnya aku mengatakan hal yang sebenarnya.”



Malam itu, Hwang Ryeong memohon kepada Jung Yi untuk menginap bersamanya. Jung Yi pun mengiyakan, ia tersenyum dan tertawa seolah tak terjadi apa-apa. Dan saat Hwang Ryeong hendak berganti pakaian dan mengambilkan pakaian ganti untuk Jung Yi, tanpa sepengetahuan Hwang Ryeong, Jung Yi mengambil kesempatan ini untuk pergi. Membantu Prince Kwang Hae, untuk pergi ke istana.



Hwang Ryeong terkejut saat mengetahui Jung Yi tidak lagi ada di tempatnya, ia berlari keluar ruangan. Ia mengatakan dengan terburu-buru, bahwa Jung Yi telah pergi.



Tae Do dengan sangat cepat berlari, di sisi lain, seseorang yang sebagian wajahnya tertutup juga tengah berlari, mereka menuju satu tujuan yaitu istana. Tae Do dan Mapoong, pembunuh bayaran yang akan membunuh Jung Yi.


Jung Yi sampai ke istana, begitu pula Tae Do dan Mapoong, keduanya bersembunyi di tempat yang terpisah untuk menghindari perhatian dari pengawal kerajaan. Dalam jarak pandang yang cukup dekat,  Tae Do tak mengetahui kalau seseorang juga tengah memperhatikan Jung Yi.


Di depan gerbang istana, Jung Yi berteriak, membesarkan suaranya sebisa mungkin agar para penjaga mendengar, "Aku datang ke sini untuk menyatakan bahwa Prince Kwang Hae tidak bersalah. Orang yang mencuri guci keramik putih itu adalah............aku." ungkap Jung Yi dengan menekankan kata aku di akhir kalimatnya.

*jleb..*
janji, kalau akhirnya Tae Do sama Jung Yi punya akhir yang bahagia, saya bakal ngebuka kotak komentar. *pinky promise
Bersambung.. Sinopsis Goddess of Fire episode 9

0 komentar:

Posting Komentar

 

2011 Copyright Makal Linux