-->

Sabtu, 29 Oktober 2011

Sinopsis Man of Honor episode 4 part 2

Sinopsis Man of Honor episode 4 part 2
















Sinopsis Man of Honor episode 4 part 2 :
Yang bisa dilakukan oleh Seo Jae Myung hanya menyalahkan Seo In Cheol, ia bahkan tega memukul vas bungan ke kepala Seo In Cheol. "Bukankah aku sudah mengatakan padamu, Untuk mencari tahu lebih dulu dimana putri Il Gu? Tidakkah kau mengerti apa yang kukatakan! Bagaimana bisa kau kehilangan dia? Bahkan tidak mampu menangkap orang yang umurnya lebih muda darimu. Menyebabkan situasi menjadi begini, kau idiot!"  

"Maafkan aku, presiden." ucap In Cheol yang engga mempedulikan darah yang menetes di kepalanya.
"Jika ini terus berlanjut, Putri Il Gu akan tiba-tiba muncul suatu hari nanti! Lalu apa yang akan kau lakukan? Kau tahu apa artinya itu? ! Kau idiot tak berguna!" 

Istri Jae Myung mencoba menenangkan Jae Myung, ia berkata "Tenanglah. Bagaimanapun juga dia adalah keponakanmu. Jangan ganggu kakakmu yang sudah meninggal. . Ngomong-ngomong, hidup sangatlah tidak bisa di prediksi. Dulu kau sangat membenci kakakmu, tapi toh pada akhirnya, kau membesarkan anaknya. Bukan begitu?"

In Cheol mengelap tetesan darah di kepalanya dan menatap sinis ke lukisan foto Jae Myung. 
"Aku datang untuk berlatih sedikit. Aku sudah terlalu lama berada di Rumah Sakit, badanku sedikit terasa kaku. Aku hanya akan melakukan beberapa ayunan pemukul sederhana, kemudian aku akan pulang." ucap In Woo saat datang ke arena latihan baseball.
"Kau mungkin tidak memahami situasinya. Aku mendengar presiden berkata secara langsung kepada Manajer Hong, Bahwa kau ingin berhenti sementara. Ketika Manajer Hong mendengar berita itu, dia benar-benar kaget. Musim ini belum lagi berakhir. Apa yang terjadi? Lagipula kau adalah adalah seorang cleanup hitter bagi Tim Dragon." ucap pelatih. Cleanup hitter - pemukul yang memukul bola pada urutan ke empat.

"Tolong sampaikan padanya, bahwa dia tidak perlu khawatir. Cleanup hitter Tim Dragon, tidak akan berhenti. Hey, hey, presiden tidak mungkin mengada-ada. Aku sudah mengatakan, bahwa aku tidak pernah berpikir untuk berhenti." jawab In Woo. 
Berita dukapun sampai kepada semua player Team Base ball.



"Mengapa kau belum pergi? Mengapa kau masih berdiri disitu? Ini semua terjadi karena siapa? Karena siapa ayahku meninggal? Semuanya karena kau. Jika kau tidak muncul, maka ayahku tidak akan. . . . ayahku tidak akan pergi keluar atau pergi minum-minum. Dan dia tidak akan mengalami kecelakaan mobil! Apa kau masih punya muka, untuk berdiri disana?" teriak Jin ju.
"Berhentilah, Jin Ju." Kyung Joo mencoba menenangkan adiknya.
"Katakan padanya untuk pergi kak. Aku tidak ingin melihatnya. Katakan padanya untuk pergi!" suruh Jin ju.
Kyung Joo memberikan isyarat pada Jae In untuk pergi meninggalkan upacara pemakaman.

Jae In pergi. Ia menangis di luar ruangan. Nenek datang untuk menenangkan.
"Tidak apa-apa. Menangislah. Jika kau tidak menangis sekarang, maka kau tak akan punya kesempatan lagi di masa depan. Keluarkan saja semuanya, sehingga dia tidak akan pernah menyesal pada perjalanan terakhirnya." ucap nenek.
"Ayah. . . Ayah, ayah. . . "
Nenek berkata, "Anak-anak tidaklah berdosaKau bahkan tidak sanggup mengatakan ayah dengan benar. itu sangat melukai hatiku. . . Jangan menangis lagi, jangan menangis lagi."
Yeong Gwang hanya bisa memperhatikan dari jauh. Ia engga bisa berbuat apa-apa..

Saat Yeong Gwang kembali ke ruang upacara pemakaman. Tanpa sengaja ia melihat kedatangan jaksa. 

Jaksa mengerti, kalau kematian Kim Im Bae pasti berkaitan erat dengan Seo Jae Myung.
Karena hal itu, ia langsung menemui Seo Jae Myung di kantornya.


"Kemarilah, silahkan minum teh." ucap Seo Jae Myung berbasa-basi. "Ngomong-ngomong, kita tidak pernah saling bertemu untuk waktu yang sangat lama, Jaksa Oh. Lihatlah ingatanku yang buruk. Apakah sekarang kau seorang Menteri Kehakiman?"
Jaksa Oh langsung membahas tentang point utamanya, "Aku baru saja datang dari pemakaman Gim In Bae. dia mengalami kecelakaan lalu lintas kemarin malam."


"Ah, benarkah? Bagaimana hal seperti ini bisa terjadi?" tanya Jae Myung seolah-olah merasa tidak bersalah.
Jaksa Oh  meneruskan kata-katanya, "Sebelum kecelakaan itu, dia berusaha menelponku beberapa kali. Sayangnya, aku tidak mengangkat telponnya. Kupikir alasannya bisa satu diantara dua. Alasan pertama, dia ingin mengatakan sesuatu mengenai apa yang terjadi beberapa tahun lalu. Alasan kedua yaitu, bahwa dia tahu dimana putri Yun Il Gu berada."



"Benarkah? Gim In Bae akan tahu dimana anak itu berada? Ini sungguh menarik. Terlebih lagi, aku benar-benar terkejut. Bahwa Jaksa Oh masih mencari anak itu."
"Aku sudah mengatakan bahwa aku tidak akan menyerah." jawab Jaksa Oh.
"Kau benar-benar memiliki persahabatan yang sangat baik. Aku sungguh tidak bisa dibandingkan denganmu. Apapun yang terjadi, Jika kau menemukan anak itu, kau harus memberi tahu aku. Aku juga sama. Dibandingkan dengan orang lain, aku juga ingin menemukan anak itu, bukan begitu? "

Jae Myung memanggil In Cheol, "Apa yang terjadi, Presiden?" tanya In Cheol.
"In Cheol, lantai berapa ini?"
"Lantai 20." jawab In Cheol. "Tapi, kenapa anda menanyakannya?" 


"Jaksa Oh mempunyai pemikiran mengenai anak itu, Rupanya Gim In Bae, mencoba menghubunginya kemarin. In Cheol, kau harus menemukannya lebih dulu. Putri Il Gu.  kau harus menemukannya lebih dulu dan membawanya kemari. JIka kau gagal lagi, pada waktu itu, aku akan melemparmu dari jendela ini. Pasti cukup menyakitkan, melemparmu kebawah dari lantai atas ini." ancam Jae Myung pada In Cheol.
"Aku mengerti apa maksud anda."
"Kali ini. . . jangan membuat satu kesalahanpun, In Cheol."
"Ya, Presiden."

Yeong Gwang masih berduka, tapi bagaimanapun juga saat ini posisinya sebagai tulang punggu keluarga. Setelah kematian ayahnya, ia harus menopang hidup keluarganya.

Ia melihat daftar tagihan dan menghitung uang yang didapatnya dari upacara pemakaman.

Namun tiba-tiba, para penagih hutang itu datang lagi.

Mereka kembali menggeledah dan mengambil semua barang-barang berharga yang ada di dalam rumah.

Park Goon Ja tengah lemah, ia memanggil Yeong Gwang.

Yeong Gwang sendiri, terkapar karena berkelahi dengan para penagih hutang itu, sesaat tadi.

Para penagih hutang menemukan surat rumah, dan mereka hendak mengambil itu sebagai pengganti dari uang pinjaman.

Yeong Gwa datang dan memukul para penagih hutang.

"Ya, rumah ini adalah jaminan. Itu benar. Bibi! Ada masalah apa? Paling banyak, ini hanya cukup untuk membayar hutang pokoknya saja." ucap penagih hutang.
"Kau sungguh tidak boleh mengambil rumah ini. Kau tahu apa arti rumah ini? Suamiku dan aku membeli rumah ini setelah mengalami begitu banyak kesulitan. Tidak boleh, kau benar-benar tidak boleh mengambilnya!" jawab Park Goon Ja. 
"Aku sudah mengatakan sebelumnya. Apakah aku akan mengambil rumah ini sebagai jaminan bukanlah hak-mu untuk memutuskannya" jawab penagih hutang. "Aku akan memberi kalian waktu satu minggu. Bayar 35 juta Won, semuanya dalam satu minggu. Kalian harus berkemas dan pergi. "

Yeong Gwang mencoba meyakinkan keluarganya, kalau ia bisa menangani masalah ini, "Aku akan memikirkan cara untuk membayarnya. Apa yang bisa kau lakukan? Aku juga seorang pria. Mulai sekarang, aku akan menjadi kepala keluarga ini. Aku tidak akan pernah membiarkan keluargaku tinggal di jalanan. Percayalah padaku! Meskipun aku hanya atlit kelas rendah, aku telah menjadi olahragawan selama beberapa tahun. Pasti akan ada jalan untuk memecahkannya, Nek."
Karena hal itu, Park Goon Ja jatuh pingsan. Nenek dan Jae In merawat Park Goon Ja.


"Apa kau benar-benar tahu apa yang sedang kau lakukan? Aku kira kau bukan seorang perawat yang bersertifikat, benar?" kata Jin Joo mengejek Jae In.
Jae In menjawab, "Tolong diamlah. Bibi memerlukan suasana yang tenang." Jae In berkata pada nenek. "Dia sudah tidak makan selama tiga hari ini, dia lemah dan sedikit demam. Jadi, tolong letakkan sedikit es disitu. Cara yang paling baik adalah memberinya makan sedikit dan kemudian memberikannya obat penahan rasa sakit. "

Nenek mengerti, "Ya. Aku mengerti. Pertama-tama, aku akan pergi dan memasak sesuatu."
Jin Joo masih saja mengoceh, "Apakah kau seorang dokter? sungguh menggelikan." ucap Jin Jo seraya berlalu.



Jae In berbisik, "Tolong tahan, bibi. Kau tidak boleh jatuh sakit pada saat seperti ini, oke?"

Untuk mendapatkan uang 35 juta won, Yeong Gwang bisa mendapatkannya bila ia mengikuti pertandingan dan menang. "Pelatih, aku ingin kembali ke lapangan. Aku harus bermain baseball, pelatih. Tolong ijinkan aku bergabung dalam tim."
"Hei, bukankah kita sudah sepakat? Kau belum pulih dari cedera tulang rusukmu." jawab pelatih.

  "Tolong ijinkan aku mencoba dulu sebelum kau menyuruhku keluar. Biarkan aku mencoba dan lihat apakah aku bisa. ! Tolong biarkan aku mencoba lagi!" pinta Yeong Gwang. 
"Kenapa kau begitu keras kepala? Kau sangat sembrono, bagaimana jika kau tidak bisa pulih? Ini akan mengakhiri karirmu! Dan kau harus keluar dari tim untuk selamanya."

"Aku hanya tidak bisa menyerah dengan begitu mudah. Karirku sudah berakhir, bukan begitu?"
"Ya, itu benar! Biar kukatakan terus-terang. Karirmu sebagai pemain baseball sudah berakhir. Mengerti? Akhirnya, aku memberimu waktu 2 bulan untuk istirahat. Karena aku tidak mau terlibat dalam masalah ini denganmu. Aku melakukannya untuk membuatmu mundur, dan untuk tidak memberimu harapan. Maksudku adalah untuk membuatmu menyerah! Karena itu pergilah dan jangan mengharapkan apapun. Jangan sakiti badanmu, menyerahlah. Pulanglah ke rumah setelah kau menyerah pada harapan ini! Paling tidak kau harus memulihkan kesehatanmu!" jawab pelatih.



Yeong Gwang berlutut dan menangis, "Aku hanya tahu bagaimana bermain baseball. Aku tidak bisa melakukan hal lain. Kecuali memukul bola, aku tidak pernah melakukan hal yang lain. Aku juga tidak tahu bagaimana untuk melakukannya. Aku tidak tahu pekerjaan apa yang bisa kulakukan. Aku tidak tahu bagaimana caranya untuk mendapatkan uang. Aku tak tahu bagaimana caranya untuk mencari nafkah. Aku seorang idiot bodoh. Oleh karena itu. . . . . Aku memohon padamu. . . .Tolong biarkan aku terus bermain baseball. Tolong biarkan aku meneruskan baseball. Aku mohon padamu."



"Mulai sekarang, aku akan memukul bola-bola ini. Kau hanya perlu menangkap separuhnya. Jika kau berhasil menangkap setengah dari bola-bola yang kupukul, aku akan membiarkanmu bergabung dalam tim." jawab pelatih.
Tapi hasilnya?

NIHIL, engga ada satu pun bola yang berhasil ditangkap oleh Yeong Gwang.

" Game, out. " desis In Woo yang sedari tadi terus memperhatikan Yeong Gwang.

Dan yay! Pria misterius itu datang lagi. Kali ini ia menulis tentang Yeong Gwang :
Kekuatan = nol! 
Kekuatan pertahanan = nol! 
Kekuatan fisik = nol! 
Daya tahan = nol! 
Tidak berguna dan sombong = ?
Kepribadian = tidak diketahui. 
"Dia hanyalah seorang olahragawan yang normal." ucap pria misterius itu.
Sebelum pergi, Jae In sengaja menunggu kedatangan Yeong Gwang.
" Ini sudah larut."
Dan akhirnya Yeong Gwang datang, "Dengan siapa kau berkelahi? Apakah kau mengejar berandalan itu dan berkelahi? Apa kau dipukuli? Oh! Kau tidak boleh melakukan ini. Kau belum pulih dari cedera tulang rusukmu. Biar kulihat, apa kau baik-baik saja?" ucap Jae In cemas saat melihat keadaan Yeong Gwang.


Yeong Gwang berkata serius, "Saat pertama aku melihatmu, kau adalah seorang perawat baru yang kejam. Hanya sejak kejadian itu, aku tau bahwa kau akan menjadi penyelamatku. Dan sekarang kau menjadi adikku. Bukankah ini sungguh aneh? Aku. . . Kau tahu apa kata-kata terakhirku pada ayahku? Itu sungguh sangat kejam. Aku benar-benar merasa bersalah!"


Yeong Gwang mengingat kata-kata terarkhinya pada ayahnya. "Sebagai seorang ayah, sebagai seorang pria. Dibandingkan dengan gambaran manapun yang pernah kulihat, gambaran yang kau berikan padaku, membuatku merasa bodoh, Ayah. Apakah itu masuk akal? Kata-kata itu adalah kata-kata terakhir yang kukatakan pada ayahku. Untuk ayahku, yang selalu menjadi pendukung mentalku, bagaimana mungkin aku mengatakan kata-kata seperti itu?"



Jae in mengerti, "Seharunya aku tak boleh datang, iya kan? Tapi kukira aku masih beruntung. Aku beruntung untuk bisa melihat ayahku sebelum dia meninggal. Aku sungguh jahat kan? Aku sangat egois?" Jae In pamit. "Aku harus pergi. Aku membolos kerja untuk bisa kemari hari ini. Aku harus bekerja besok. Kalau begitu, Gim Yeong Gwang, tolong bertahanlah. "


"Yun Jae In" panggil Yeong Gwang setelah Jae In berlalu.

Kemudian, Yeong Gwang berlutut di hadapan Jae in.


Yeong Gwang mengungkapkan semuanya, "Maaf, Yun Jae In. Aku tidak bisa lagi menjadi pemain yang kau banggakan. Karenanya, untuk janji yang telah aku buat, untuk berlutut dan membungkukkan badan, terimalah ini sekarang. Saat kita berpisah sekarang, aku sungguh tak tahu kapan kita akan bertemu lagi. Karena itu. . . Aku minta maaf untuk waktu itu. Aku menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan selamat tinggal pada tahun karir baseball-ku." 

Perusahaan milik Jae in yang saat ini dikelola oleh Seo Jae Myung tengah merayakan keberhasilan mereka, karena laba yang mereka dapat sangat besar dan melebihi dari yang diharapkan.

Dan. taraaa..
Pria misterius itu akhirnya muncul juga. Ia adalah He Yeong Do. Ia adalah staff perusahaan yang berhasil mencetak penjualan lebih dari beberapa milyard. dan Seo Jae Myung sangat tertarik pada usaha dan kerja kerasnya.

Ia bahkan memberikan ide untuk mengadakan perekrutan pegawai baru. Dan Seo Jae Myung sangat mendukung apa yang direncakan oleh He Yeong Do.

In Cheol mencoba mencari tau tentang, He Hyeong Do.

Heo Yeong Do. Bermain untuk klub Baseball Tim Dragon profesional, sebagai pemain baseball profesional selama beberapa tahun. Setelah itu, dia pensiun dan bergabung dalam penjualan. Seorang atlit baseball yang berbakat. Awalnya, penjualan hanya biasa-biasa saja. Namun begitu dari tahun dan seterusnya, dia menghasilkan hasil yang sangat mengagumkan. Dia selalu menjadi sales person paling top selama tahun.

Team yang dimiliki oleh Heo Yeong Do.
Yang pertama, Asisten manajer, Ju Dae Seong. Dia adalah tangan kanan Heo Yeong Do. Dia adalah orang dengan IQ tinggi. Meski begitu, dia tidak memiliki hubungan yang baik dengan orang lain. Tapi sejak dia mengikuti Heo Yeong Do, dia mampu untuk menunjukkan kemampuannya. Dia diketahui sebagai dewa strategi dalam tim penjualan itu. 
Anggota kedua tim adalah Cha Hong Ju. Dia adalah orang dengan background keluarga yang kuat dan kualifikasi yang tinggi. Pada awalnya dia ada di tim publikasi. Meski begitu, dia berganti pekerjaan karena gaya hidupnya yang tidak sepantasnya. Sama dengan sebelumnya, dia juga mencapai prestasi yang jauh lebih tinggi setelah berada dibawah Heo Yeong Do. Sekarang dia melakukan pekerjaan publikasi untuk tim-nya. 

Anggota terakhir adalah Go Gil Dong. Dia adalah orang tanpa keahlian khusus. Dia tidak pernah mencapai prestasi apapun meski begitu dia tetap bisa masuk ke dalam tim Heo Yeong Do. Apa sebenarnya peran yang dia lakukan dalam tim, kita masih tidak tahu. 
"Ini adalah bahan-bahan yang kau perlukan. Tolong beritahu aku jika kau memerlukan perubahan." Dae Seong menyerahkan beberapa dokumen pada Yeong Do.
"Jika kita perlu menghentikan orang-orang ini untuk bicara, kita harus melakukan pekerjaan yang bagus. Ini adalah data yang berisi tentang orang-orang yang telah di selidiki sebelumnya. Orang-orang ini adalah mereka yang mendaftar melalui perekrutan terbuka. Tidak cuma ini, masih banyak lagi yang lain." jawab Yeong Do dengan memberikan daftar nama orang yang telah ia selidiki pada Hong Ju. 

"Gim Yeong Gwang, siapa dia?" tanya Hong Ju.
"Orang tanpa masa depan, orang dengan kontribusi positif yang sangat sedikit. Dia bukanlah seseorang yang sanggup mengesankan orang lain. Bagaimanapun, masukkan dia dan tambahkan dia dalam daftar orang-orang baru yang kita temukan. Kau hanya perlu memberitahu mereka untuk mengikuti ujian terbuka." jawab Yeong Do.  . 

Yeong Do sangat mengharapkan agar Yeong Gwang dapat bergabung dengan timnya.
Yeong?? Whoa hubungan keluarga mereka masih remang-remang.


Yeong Gwang memberitahu ibunya kalau ia tidak lagi bermain baseball, dan ia akan mencari pekerjaan untuk membiayai hidup keluarga dan membayar hutang.

Tapi tiba-tiba kemudian, Jae In datang membawa banyak barang bawaan. Koper dan 4 tas jin jing.

Jae In masuk ke dalam rumah dan ia langsung berbicara pada Goon Ja. "Uang  35 juta Won itu, ijinkan aku yang membayarnya. Ini uangnya." Jae In menyodorkan amplop berisi uang. "Gunakan uang ini untuk membayar hutangnya dan mendapatkan rumah ini kembali." 

"Anakku, darimana kau mendapatkan uang sebanyak ini?" tanya nenek.
"Aku menerima sejumlah uang setelah mengembalikan rumah yang kusewa dan dari berhenti kerja. Juga dengan tabungan yang telah kukumpulkan sedikit demi sedikit. Sangat pas, 35 juta Won." jawab Jae In. 
"Kau, benar-benar. . . Apa sebenarnya yang sedang kau lakukan? Mengapa kau memamerkan kekayaanmu di depanku?" tanya Goon Ja kesal.
"Aku tidak bercanda. Aku tidak memberikan uang ini dengan cuma-cuma. Aku meminjamkannya padamu. Dengan satu syarat. Sebelum kalian mampu membayar kembali semua uang itu padaku, kalian harus mengijinkanku untuk  tinggal disini." jawab Jae In seraya tersenyum.

"Apa yang kau katakan? Hei! Apa yang kau katakan? Mengijinkanmu tinggal disini? Disini, tinggal bersama kami?" tanya Yeong Gwang terkejut.
"Selama kalian semua setuju." jawab Jae In.

"Apa kau sedang dalam keadaan waras?"
Jae In kembali tersenyum. "Ya, aku sangat normal." 

Dan yang mengejutkan, Yeong Do memiliki jam retak milik Kim Im Bae.

"Gim Yeong Gwang, saat kau datang nanti, mampukah kau menghilangkan kebencianmu?" ucap Yeong Do. 
Bersambung..
READ MORE - Sinopsis Man of Honor episode 4 part 2
 

2011 Copyright Makal Linux