Selasa, 06 Agustus 2013

Sinopsis Goddess of Fire Jung Yi episode 10 part 1



Sinopsis Goddess of Fire Jung Yi episode 10 part 1

Sinopsis Goddess of Fire Jung Yi episode 10 part 1



Prince Kwang Hae menatap Jung Yi lekat-lekat, kedua lengannya masih menahan pundak Jung Yi, memaksa Jung Yi untuk menatap balik kedua mata penuh prasangka di hadapannya. Masih tentang kebohongan Jung Yi dan rentetan kebenaran yang sangat ingin di dengar oleh Prince Kwang Hae.


“Sebenarnya, apa identitasmu? Meskipun kau selalu membuat masalah, aku tetap membantu. Aku pikir kita bisa menjadi teman sejati. Aku sepenuhnya percaya bahwa kau adalah seorang yang jujur dan baik. Tapi pada kenyataannya, kau membohongi kami, aku, bunwoon dan semua orang!?” tanya Prince Kwang Hae.



Jung Yi menekuk lututnya, berlutut dihadapan Prince Kwang Hae. “Mereka mengatakan bahwa seorang wanita tidak dapat menjadi pengrajin keramik. Itu alasanku mengapa aku melakukan hal ini, Yang Mulia, karena aku benar-benar ingin menjadi seorang pengrajin keramik, Yang Mulia.” Ujar Jung Yi memohon, agar Prince Kwang Hae memahami kondisinya.


Prince Kwang Hae yang tidak ingin memberikan hukuman apapun pada Jung Yi, ia menyuruh Jung Yi untuk pergi. Pergi sejauh mungkin dari Bunwon. Jung Yi menolak keputusan Prince Kwang Hae, ia tidak bisa melarikan diri begitu saja. Hanya karena takut akan hukuman yang nantinya ia dapat, ia tidak bisa meninggalkan mimpinya. Jung Yi lebih memilih untuk dihukum, dan diberi kesempatan untuk kembali ke Bunwon.


Hanya untuk kali ini saja, Jung Yi memohon agar Prince Kwang Hae mengizinkannya kembali ke Bunwon dengan membawa lumpur Cheong Ja. Jung Yi bersedia menerima hukuman apapun, dengan satu syarat, ia dapat membantu Yook Do membuat tea-cup China. “Kau benar-benar bodoh. Bila kau melakukan hal ini, dan bila Bunwon tau identitasmu yang sebenarnya, kau tidak hanya dikeluarkan dari Bunwon. Apa kau bersedia menjadi budak pemerintah sepanjang hidupmu?” tanya Prince Kwang Hae yang sepertinya, lebih tidak bersedia melihat Jung Yi menderita atas hukuman yang nantinya akan di dapat.

“Jika aku tidak bisa menjadi seorang pengrajin keramik, maka tidak mengapa bila aku mendapat hukuman seperti itu. Tapi bisakah aku meminta sesuatu. Yang Mulia, tolong berikan aku waktu 10 hari. Saat pekerjaan membantu pengrajin keramik Yook Do telah selesai, maka aku. Aku akan menerima hukuman apapun.” Ujar Jung Yi.

Prince Kwang Hae memenuhi permintaan Jung Yi tersebut, ia membiarkan Jung Yi tetap dalam penyamarannya, tanpa menanyakan siapa sebenarnya nama asli Tae Pyung. Well, guys, sampai di episode 10, Prince Kwang Hae engga pernah menanyakan nama perempuan dari Tae Pyung -_- It’s Jung Yi, Prince. It’s Jung Yi!!! Desperate me! Sincaaaaaa.



Pagi harinya, Prince Kwang Hae dan Jung Yi melanjutkan perjalanan mereka. Di pertengahan jalan, Jung Yi menghentikan langkahnya, “Aku tidak akan melarikan diri, Yang Mulia. Izinkan aku untuk pergi sendiri mengambil lumpur Cheong Ja itu. Aku mohon.” Pinta Jung Yi.


Permintaan yang ditolak mentah-mentah oleh Prince Kwang Hae. Mereka sudah setengah jalan, dan tiba-tiba Jung Yi memintanya untuk meninggalkannya sendirian? “Jadi kau ingin aku tetap di tempat ini? Di tempat seperti ini?” Prince Kwang Hae menunjuk ke sekitarnya, pohon dan ilalang yang rindang menutupi sisi jalan berbatu itu. Berdebat dengan Prince Kwang Hae akan menghabiskan waktu, Jung Yi pun mengambil langkah seribu anlene, ia berlari dengan cepat meninggalkan Prince Kwang Hae.


“Aku tidak akan melarikan diri, Yang Mulia.” Ungkapnya seraya berlari menjauh. Prince Kwang Hae hanya keheranan melihat ulah perempuan mungil yang saat ini masih dipanggilnya dengan nama pria, Tae Pyung. Perlahan tapi pasti, dengan langkah besar, Prince Kwang Hae mengikuti Jung Yi.



Dengan wajah berbinar Jung Yi sampai di tempat Kakek Guru, bertepatan dengan Prince Kwang Hae yang juga berhasil membuntuti Jung Yi. “Kakek Guru, Tae Pyung datang.” Teriak Jung yi seketika ia menginjakkan kakinya di ruang berlantai tanah itu. Kakek guru senang bukan kepalang, kerinduan di matanya membuatnya senyum mengembang. “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Kakek guru.


Jung Yi menjelaskan dengan antusias bahwa dirinya mendapat perintah khusus dari kerajaan. Kerajaan sedang membutuhkan lumpur Cheong Ja yang dimiliki Kakek Guru. Bila Jung Yi kali ini berhasil, maka Jung Yi akan mendapatkan banyak pujian dari kerajaan, terutama Bunwon. “Kau pikir mudah mencari lumpur Cheong Ja? Aku harus mengeruk tanah dengan kedalaman yang tidak tentu untuk mendapatkan lumpur ini. Kakiku sakit.” Kakek guru kesal. Jung Yi merangkul lengan kakek dengan manja. “Aku akan memijit kaki kakek bila semuanya berjalan dengan baik.” Rengeknya seraya tersenyum.



Tidak bisa menolak rengekan Jung Yi. Akhirnya kakek guru membiarkan Jung Yi membawa 2 buah kendi besar berisi lumpur Cheong Ja miliknya. “Kau pencuri. Pencuri.” Ungkap Kakek seraya menjitak beberapa kali kepala Jung Yi.



Prince Kwang Hae dan Jung Yi berhasil membawa lumpur Cheong Ja milik kakek menggunakan perahu nelayan. Jung Yi yang kelelahan, ia tidur terduduk di pinggiran perahu. Gelombang laut yang sedikit mengoyak perahu, membuat keseimbangan Jung Yi menjadi tak menentu. Oh, that’s U. Prince Kwang Hae yang sedari tadi memperhatikan Jung Yi pun cemas. Bagaimana bila perahunya tiba-tiba oleng dan Jung Yi kembali tenggelam.



Prince Kwang  Hae mencoba membangunkan Jung Yi, memanggil namanya beberapa kali sampai pada akhirnya Jung Yi terbangun. “Tolong jangan bangunkan aku, Yang Mulia. Kau hanya memberi aku waktu 10 hari untuk bisa tetap menetap di Bunwon. Selama 10 hari itu, aku akan bekerja keras hingga menyempitkan waktu tidurku. Untuk itu, biarkan aku tidur sekarang.” Prince kwang Hae hanya berdecak heran, “You are really Tae Pyung.” Ujar Prince kwang Hae.


Tae Pyung memiliki arti orang yang selalu dalam kedamaian. Damai dalam melakukan apapun. Damaiiii~~~



Prince kwang Hae dan Jung Yi sampai di Bunwon. Di depan gapura Bunwon, Prince Kwang Hae kembali mengingatkan Jung Yi untuk tetap menjaga identitasnya menjadi satu rahasia, jangan sampai ada orang lain yang mengetahuinya. Ia akan berada dalam bahaya bila salah satu orang di dalam Bunwon mengetahui bahwa Jung Yi adalah seorang wanita.

Lumpur Cheong Ja sampai dan diterima langsung oleh Yook Do. Kualitas lumpur Cheong Ja yang dibawa Jung Yi dan Prince Kwang Hae benar-benar sangat memuaskan. Yook Do berterimakasih atas semua usaha Jung Yi.



Tae Do menunggu kedatangan Jung Yi. Ia cemas. Sa-ngat cemas. Harus bagaimana nanti bila ia bertemu dengan Jung Yi. Pertanyaan dan mimic yang seperti apa yang tepat bila berhadapan dengannya?  Beberapa kali Tae Do mencoba berbagai pertanyaan yang sekira tidak menyakiti Jung Yi. “Mengapa kau pergi tanpa meninggalkan pesan?” ujar Tae Do dengan mimic marah.


Dirasa kurang pas, ia mengubah nada bicaranya, “Apakah perjalananmu berjalan dengan baik?” ujarnya dengan ekspresi lembut kali ini. So cuuuuuuuuuteee…. Tak berapa lama, Jung Yi berdiri tidak jauh dari tempat dimana Tae Do berdiri. Semua kata-kata yang sudah disiapkannya tadi melebur begitu saja, seketika melihat kehadiran Jung Yi. Bertemu langsung dengan Jung Yi sudah cukup untuknya. Ternyata tidak ada satupun kata yang tepat untuk melukiskan betapa bahagia dan leganya Tae Do.



Perlahan Tae Do tersenyum, Jung Yi membalas senyuman itu.


Tae Do berkata pada dirinya sendiri, dengan lirih, “Kau sudah sampai dengan baik-baik saja. Itu sudah cukup bagiku.” Kata-kata yang belum sempat ia lontarkan karena Jung Yi harus kembali pergi. Dari arah belakang, Yook Do memanggil Jung Yi untuk membantunya membuat tea-cup.



Raja memanggil Prince Imhae dan Prince Shin Seong. Ia menanyakan bagaimana keadaan Prince Shin Seong yang tiba-tiba sakit sehingga posisinya mesti digantikan oleh Prince Kwang Hae. “Berkat perhatian Raja, aku sudah mulai membaik, ayahanda Yang Mulia.” Jawab Prince Shin Seong kaku, ia tidak seharusnya berbohong sakit hanya untuk menghindari kesalahan dan kegagalan dari pembuatan tea-cup yang dimandatkan oleh Menteri China Ming.


Raja memberikan perintah kepada Prince Imhae untuk mengawasi Prince Kwang Hae di Bunwon. Sudah beberapa hari ini ia absen dari keberadaannya di Kerajaan. Kesempatan ini digunakan Prince Kwang Hae untuk, lagi-lagi, mencari celah kesalahan dari perbuatan Prince Kwang Hae.


Keesokan harinya, para pekerja di Bunwon yang lainnya mulai bergosip. Sikap Prince Kwang Hae yang lebih mendahulukan Tae Pyung dalam segala membuat para pekerja lain merasa iri. Mereka mulai berbicara mengenai alasan kenapa Prince Kwang Hae melakukan hal itu. “Heran. Kita semua memiliki kedudukan yang sama sebagai pekerja level bawah dari Bun Won, Tae Pyung juga sama. Saat kita bekerja seperti ini, Tae Pyung malah bergabung dengan pengrajin yang levelnya lebih tinggi. Sedangkan kita?”


Yang lain menambahkan, “Ia memang berbeda dari kita.” “Itulah maksudku. Mengapa Prince Kwang Hae yang sangat mulia mau berbaur dan sangat berpihak kepada Tae Pyung.” “Jangan-jangan.” “Tae Pyung sangat cantik.. Mungkin Yang Mulia is straight?” “Hati-hati dengan ucapanmu.” Mereka saling menimpali. Hhihi.. Para pekerja berpikir kalau Prince Kwang Hae menyukai Tae Pyung, lantaran Prince Kwang Hae yang mungkin mengidap ‘gay’ thing.

Pembicaraan itu terdengar oleh Prince Imhae yang tanpa sengaja melewati para pekerja. Ah, satu lagi senjata yang akan ia gunakan untuk menjatuhkan Prince Kwang Hae. Ia tersenyum penuh kelicikan.



Prince Kwang Hae menemui Jung Yi. Mengingatkannya kembali untuk semakin berhati-hati. “Saat ini aku benar-benar menyadari bahwa dirimu terlihat sepenuhnya seperti perempuan.” Ujar Prince Kwang Hae.



“Bentuk rahangmu.” Prince Kwang Hae menunjuk-nunjuk ke bagian yang menurutnya terlihat seperti perempuan. “Hidung itu. Tulang leher itu, juga..” “Yang Mulia menyadarinya karena Yang Mulia sudah mengetahuinya sebelumnya, orang lain tidak akan mengetahui hal ini.” Ujar Jung Yi yang tertunduk malu. “Maka dari itu, berhati-hatilah.” Jawab Prince Kwang Hae.



Prince Imhae seperti tertimpa peti emas. Ia ternyata mendengarkan pembicaraan antara Prince Kwang Hae dan Tae Pyung. Beruntungnya, ia datang di saat-saat terakhir pembicaraan Prince Kwang Hae dan Jung Yi berakhir. “Apa yang harus behati-hati?” Tanya Prince Imhae, ia tidak melewatkan pembicaraan awal Prince Kwang Hae. Jung Yi masih selamat.



Mengangkat permasalahan rumor yang beredar tentang Prince Kwang Hae yang seorang gay, Prince Imhae dengan bangga mengajak Prince Kwang Hae untuk berbicara empat mata. “Jadi, benar selama ini, semua rumor itu. Sejak kapan kau mulai merasakan hatimu menjadi berdebar-debar karena seorang pria?” Prince Imhae menyipitkan matanya penuh curiga, ia melengkungkan senyum berharap Prince Kwang Hae mengakui rumor yang baru saja ia sampaikan.



Prince Kwang Hae mengerutkan kening tidak percaya dengan tuduhan bodoh seperti itu, “Hyung-nim!! Aku sangat sibuk. Aku pergi.” Tapi Prince Imhae menahan Prince Kwang Hae, ingin membuatnya semakin terpojokkan. “Kau tau, caramu menatap pria itu sama seperti aku yang tengah menatap para selir di Gisaeng Hong Don.” Prince Imhae terkekeh. Tidak ingin berurusan dengan stupid rumor seperti itu, Prince Kwang Hae segera meninggalkan Prince Imhae begitu saja.


Ditinggal dengan kemarahan dari Prince Kwang Hae, Prince Imhae semakin tergelak. “Bahkan saat semua orang sangat mengagung-agungkanmu, kau masih memiliki kelemahan, Kwang Hae-yah, kakakmu akan berada di sampingmu. Dan, ini cara satu-satunya, agar kau terelminasi dari kandindat putra mahkota.” Gelak itu semakin menjadi, diiringi beberapa rentetan rencana jahat yang tengah di persiapkan di otak Prince Imhae.



Sepertinya yang dikatakan Prince Imhae benar, cara Prince Kwang Hae memperlakukan Jung Yi/Tae Pyung semakin lebih protective. Berbeda saat sebelum Prince Kwang Hae mengetahui bahwa Tae Pyung adalah seorang perempuan. Perhatian Prince Kwang Hae pada Jung Yi berlebihan, ia bahkan sangat merasa khawatir ketika melihat Jung Yi berdekatan dengan Yook Do. “Ah, itu.. itu..” Kecemasan Prince Kwang Hae sudah sampai ke ubun-ubunnya. Saat tersadar, ia kembali berpikir, “Ah, Hyung Nim hanya berpikir berlebihan tentang caraku. Aku tidak seperti itu, aku biasa-biasa saja.”



Di tempat latihan militer kerajaan, Tae Do dengan kemampuan berpedangnya yang di atas rata-rata, tengah melatih Prince Shin Seong. Entah berapa kali, Prince Shin Seong mencoba menghindari hunusan pedang kayu miliki Tae Do. Seperti seorang guru, ia memberitahukan kesalahan dalam gerakan-gerakan Prince Shin Seong.


Prince Imhae tiba-tiba datang tanpa diundang. “Aren’t you hot?” celetuk Prince Imhae saat melihat gerakan-gerakan menyerang Tae Do tadi. PRINCE IMHAE, HIGH FIVE!! Ia datang untuk memberitahukan rumor mengenai Prince Kwang Hae pada Prince Imhae. “Kau tau, Prince Kwang Hae dan seorang pekerja pria memiliki hubungan khusus. Hubungan lebih dari pertemanan.” Ia berbisik, “Diantara sesama pria.”



Serta merta Tae Do terkejut dan kalut, Prince Shin Seong pun sama terkejutnya. “Hyung nim, bagaimana kau mengatakan hal itu?! Bagaimana jika orang lain mendengarnya.” Ujar Prince Shin Seong yang mencoba untuk melindungi reputasi Prince Kwang Hae. Sedangkan Tae Do, rumor ini benar-benar membuatnya semakin mencemaskan Jung Yi.



Dibuatlah perangkap jebakan untuk Jung Yi dan Prince Kwang Hae oleh Prince Imhae. Prince Imhae sengaja membuat informasi palsu. Dengan memberitahukan secara terpisah, kepada Prince Kwang Hae dan Jung Yi bahwa ada seorang ahli pengrajin keramik yang akan datang dan mungkin dapat membantu untuk menemukan jalan keluar dalam pembuatan tea-cup. Prince Imhae mengatakan kepada Jung yi dan Prince Kwang Hae bahwa pertemuan itu diadakan di sebuah tempat tidak jauh dari istana. Untuk itu, keduanya harus datang tepat pada waktunya.



Tanpa memiliki prasangka buruk apapun, Prince Kwang Hae dan Jung Yi secara terpisah datang ke tempat yang dituju. Di dalam sebuah ruangan, Prince Kwang Hae tengah terduduk menunggu tamu atau pengrajin yang beberapa waktu lalu disebutkan oleh Prince Imhae. Tak berapa lama kemudian, Jung Yi datang ke tempat yang sama.

Kedua saling melihat satu sama lain, terkejut karena setelah dipikirkan bahwa mereka sedang masuk ke dalam perangkap Prince Imhae. Prince Kwang Hae hanya berdecak heran dengan ulah kakak semata wayangnya itu. Merasa mubazir dengan makanan yang ada di hadapannya, Prince Kwang Hae mengajak Jung Yi untuk makan bersama. Jung Yi enggan, ia sekarang tahu dimana asalnya dan tidak seharusnya untuk selalu berada di dekat Prince Kwang Hae yang memiliki derajat lebih tinggi darinya.



Setelah Jung Yi menolak tawaran Prince Kwang Hae untuk makan bersama, saat hendak keluar, ternyata pintu ruangan tersebut terkunci. Atau lebih tepatnya, pintu itu dikunci dari luar. Jung Yi dalam kepanikan, ia beberapa kali membuka paksa pintu, namun tidak berhasil sama sekali. Belum lagi, entah kenapa udara di dalam ruangan semakin memanas. Prince Kwang Hae mencoba membantu Jung Yi untuk membuka pintu.


Panasnya ruangan ternyata telah di rekayasa oleh Prince Imhae. Ia sengaja menyuruh penjaga ruangan untuk meningkatkan tingkat kepanasan tungku perapian atau pemanas udara yang ada di ruangan dimana tempat Prince Kwang Hae dan Jung Yi berada. Udara benar-benar panas, keringat bercucuran deras, dan akhirnya, tubuh Jung Yi mulai melemah, ia kepanasan dan hilang kesadaran. Prince Kwang Hae segera menggendong Jung Yi, dengan mendobrak pintu sekuat tenaga, Prince Kwang Hae berhasil membawa Jung Yi keluar dari ruangan.




Di ruang ruangan, dua orang tengah menunggu Prince Kwang Hae. Kaki tangan ratu dan Prince Imhae. Prince Imhae sengaja membawa Kaki tangan ratu untuk melaporkan perbuatan Prince Kwang Hae. Kaki tangan ratu berkata, “Anggap saja, aku tidak melihat apa-apa.” Jawabnya. Namun Prince Imhae menimpali, “Bagiku, aku melihat segala dan aku tidak bisa menutup mataku.” Ia tertawa jahat.



Prince Kwang Hae tidak peduli dengan kedua orang tadi, yang ia pikirkan adalah keselamatan gadis yang tengah digendongnya ini. Prince Kwang Hae segera berlari ke luar ruangan terbuka. Karena Jung Yi tidak juga kunjung membuka mata, ia menampar-nampar pelan pipi Jung Yi. Dan akhirnya, Jung yi kembali membuka matanya, ia sadarkan diri.


Untuk keselamatan Yook Do, Kang Chul menyuruh Mapoong untuk menyiapkan sebuah perahu. Bila nanti, sesuatu yang buruk terjadi, bila nanti tea-cup yang dibuatnya gagal, untuk menghindari hukuman dari Raja, Kang Chul lebih memilih untuk membantu Yook Do agar melarikan diri dari hukuman.



Jung Yi mengamati dengan teliti cara Yook Do membuat ukiran di sisi tea-cup. Ukiran cantik berbentuk lengkungan naga, yang disetiap lengkungannya harus memiliki skala ketebalan yang sama. Jung Yi mempelajari hal itu. Yook Do tersenyum mengetahui Jung Yi yang begitu tertarik dengan seni kerajinan keramik. Ia bahkan menyuruh Jung Yi untuk mencoba mengukir sebuah ukiran di tea-cup lainnya.



Awalnya Jung Yi menolak, ia takut bila hasilnya tidak sesuai dan ukirannya mungkin tidak akan sebagus seperti yang Yook Do lakukan. Tapi, berkat desakan Yook Do, dan karena rasa penasaran Jung Yi yang sudah memuncak, akhirnya Jung Yi mencoba mengukir. Dengan hati-hati, ia mengukir sebuah ukiran bunga. Jari-jari lentiknya seolah tak asing dengan aktivitas ukir-mengukir.



“Baru pertama kalinya kau mengukir? Kau melakukan dengan baik.” Puji Yook Do yang melihat ukiran bunga yang rapi dan cantik.


Kang Chul datang mengunjungi Yook Do, membicarakan perihal rencana lain yang akan dilakukan bila pembuatan tea-cup gagal. Mendengar rencana lainnya adalah melarikan diri, Yook Do menolak keras. Tidak ada kata melarikan diri baginya, ia harus mengusahakan segala hal. Memberikan semua kemampuanya, waktu dan segala hal. Walaupun hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, at least, Yook Do sudah melakukan hal yang terbaik.


“Yook Do-yah. Kau adalah segalanya bagi ayahmu ini. Segala hal yang sudah aku korbankan, satu hal yang harus tersisa, itu adalah kau. Aku tidak bisa kehilanganmu.” Kang Chul memberikan alasan. Ini membuat Yook Do semakin terbebani, merasa dirinya tidak layak karena belum dapat membanggakan Kang Chul, hanya memberi beban. “Ayah, maafkan aku yang telah membuatmu lemah. Aku benar-benar anak yang tidak berguna. Ayah.. Aku.. pasti akan berhasil. Percayalah padaku.” Jawab Yook Do mencoba meyakinkan untuk kesekian kalinya.



Jung Yi yang menunggu di luar ruangan, mencuri dengar pembicaraan antara Kang Chul dan Yook Do. Sepertinya memang hanya Jung Yi yang tidak mengetahui hubungan ayah dan anak antara Kang Chul dan Yook Do. Saat Kang Chul pergi melewatinya, hati Jung Yi berbisik, “Bagaimanapun juga, kau, yang telah menyakiti ayahku, juga seorang ayah.” Lirihnya seraya memperhatikan punggung Kang Chul yang semakin menjauh.



Seorang pengrajin handal menghadap Kang Chul, seorang wanita. Ia meminta alasan mengapa ia tidak diikutsertakan dalam pembuatan tea-cup China tersebut. “Mengapa kau tidak menggunakan bahan baku yang telah kami buatkan? Apa karena aku adalah seorang perempuan?” tanyanya. Perempuan dalam kerajinan keramik adalah sebuah kutukan, itu tertulis di dalam kamus hidup Kang Chul. “Projek tea-cup ini adalah penentuan hidup matinya pengrajin Yook Do dan juga penentuan masa depan dari Bunwon. Aku tidak akan pernah mengizinkan adannya perempuan dalam proses pembuatan tea-cup, hal itu hanya akan membawa keberuntungan yang buruk.”

Sayup-sayup, suara Kang Chul tersebut terdengar oleh Jung Yi yang kebetulan tengah berada tidak jauh dari wanita itu dan Kang Chul. Perkataan itu membuatnya semakin merasa bersalah.


Tiga orang pekerja pria penggosip tanpa sengaja memergoki Jung Yi yang berdiri menyendiri di depan gerbang Bunwon. Mereka curiga, dan rencana untuk menguntit Jung Yi pun muncul. Dengan semangat 17 agustus 1945 (-3-) mereka segera mengambil langkah, berjinjit-jinjit.




Belum sempat mereka berhasil menguntit, seseorang datang, Tae Do Angel. Wajah manis Tae Do dan sebuah batu di tangannya, mengingatkan ketiganya dengan memar-memar di punggung bekas kejadian beberapa waktu lalu. Bekas memar karena ulah Tae Do. Hanya dengan ancaman sebuah batu, para pekerja itu ketakutan setengah mati dan berlari secepat dan sejauh mungkin. Tae Do tersenyum.


Sudut bibirnya semakin mengembang cantik, saat bertemu Jung Yi. Malam hari adalah kesempatan bagi Jung Yi untuk membersihkan dirinya. Dan Tae Do pergi untuk menemani. Menemani Jung Yi untuk mandi, di sebuah sungai yang keberadaanya tak jauh dari Istana.

Ada orang lain yang memergoki keakraban antara Jung Yi dan Tae Do. Prince Kwang Hae. Heran dengan hubungan keduanya, rasa penasaran itu membawa langkah Prince Kwang Hae untuk membuntuti Yook Do dan Jung Yi.

Bersambung Sinopsis Goddess of Fire Jung Yi episode 10 part 2

0 komentar:

Posting Komentar

 

2011 Copyright Makal Linux