Sabtu, 22 Oktober 2011

Sinopsis Man of Honor episode 2 part 2

Sinopsis Man of Honor episode 2 part 2
















Sinopsis Man of Honor episode 2 part 2 :
"Yeong Gwang." panggil Ayahnya. "Yeong Gwang, bagaimana keadaanmu sekarang? Bagaimana tubuhmu? Kenapa kau berdiri di sini? Biarkan Aku membantumu."
Young Gwang kesal melihat ayahnya menemui Seo In Woo.

"Aku sudah memberitahumu untuk berhenti membungkuk dihadapan orang-orang sombong itu, Ayah! Kita tidak melakukan sesuatu yang salah. Aku tidak ingin Kau membungkuk seperti itu lagi!" Young Gwang kesal.
"Baiklah, aku tidak akan melakukannya lagi. Maafkan aku." jawab Ayahnya.

"Apakah aku orang yang tidak berguna? Percaya saja padaku. Aku Kim Yeong Gwang! Anakmu, Gim Yeong Gwang! Bahkan jika aku mengalami masa sulit hari ini. Aku tidak akan membiarkan Ayah hidup membungkuk dan memohon kepada orang-orang sombong seperti itu. Tolong percaya padaku!" kata Kim Young Gwang dengan sungguh-sungguh.
"Aku akan melakukannya dengan baik."
Ayahnya menjawab seraya tersenyum, ia merasa bersalah pada Young Gwang. "Baiklah, aku percaya padamu. Jika Aku tidak percaya padamu, siapa lagi orang yang akan aku percayai?"
Young Gwang mengembalikan jam rusak milik ayahnya, "Jangan gunakan jam ini lagi! Nanti, di masa depan. Di masa depan, Aku akan memiliki banyak uang dan Aku akan membeli jam tangan baru untukmu."

"Tapi jam ini masih bisa digunakan." jawab ayahnya sebelum ia pergi. 

Setelah ayahnya pergi, Kim Young Gwang masuk ke dalam ruang inap Seo In Woo. Dengan tenaga yang tersisa dan seraya menahan sakit, ia memberantakan semua bingkisan yang ada di ruangan itu.
"Gim Yeong Gwang, apa yang kau lakukan?" ucap Seo In Woo terkejut.
"Yang mana?" teriak Young Gwang, ia mencari bingkisan milik ayahnya. Ia sama sekali engga rela melihat barang pemberian ayahnya ada diruangan Seo In Woo. " Aku bertanya, yang mana?"

"Kim Gwang Yeong! Aku bertanya padamu, apa yang Kau lakukan!" bentak Seo In Woo.
"Aku datang ke sini untuk mengambil bingkisan dari ayahku?" jawab Young Gwang.
"Sebelum Kau mengambilnya, kau harus merapikan semua ini dulu!"
"Sebelum itu, Kau harus meminta maaf pada ayahku. Jika Kau meminta maaf dan mengatakan bahwa kau bersalah, maka Aku akan membersihkan tempat ini sesuai kemauanmu?" jawab Young Gwang.
"Kau tidak mengerti?"
"Maka Aku tidak akan melakukannya. "
Dan adu mulut pun terjadi...

Sampai Jae In datang..

"Hei, Gim Yeong Gwang, Apakah Kau berencana untuk menghancurkan hidupmu?" tanya Seo In Woo menantang. "Apakah Kau ingin benar-benar dikeluarkan dari tim?"
"Jika Kau melakukan hal itu, tulang hidungmu akan benar-benar patah permanen." balas Young Gwang.
  


"Berhenti, berhenti, berhenti! Mengapa Kalian berdua berkelahi di rumah sakit? Hentikan. Kalian seorang pasien yang baru saja menjalani operasi." Jae In datang mencoba untuk melerai.
Tapi hasilnya,
kedua orang itu malah balik membentak Jae In. HAhahaa..

"Kau begitu berisik. Pergi!" ucap Young Gwang dan Seo In Woo secara bersamaan.


Adu jotos belum dimulai, mereka masih sibuk balas membalas kata-kata.

Jae In bingung, harus memakai cara apa lagi supaya dua orang itu berhenti berkelahi.
Air.
Hahaha.. Jae In membawa ember berisi air dan menyiram Seo In Woo dan Young Gwang.

Sekarang giliran Jae In yang mengomel, "Aku bilang kalian berdua untuk berhenti! Jika Kalian berdua ingin berkelahi, berkelahilah setelah kalian membayar semua biaya perawatan kalian, oke?"

 Lagi-lagi, Seo In Woo dan Young Gwang menjawab bersamaan, "Kau pikir, siapa kau!"
Jae In berkata, "Aku Perawat Yun Jae In."

Mendengar nama Jae In, Young dan Seo In Woo melepaskan kepalan tangan mereka masing-masing.
Jae In, keduanya meluluh.
Dan sang antagonis pun datang..
Seo Jae Myung, yang saat ini mengambil alih perusahaan milik Ayah Jae In. Ia keluar dari mobil bersama tangan kanannya Seo In Cheol. 

Tapi, kakek misterius itu datang dan memperhatikan keadatangan Seo In Cheol.. Dengan gemerincing lonceng. yang dibawanya..

"Apa yang lakukan sekarang?" Young Gwang membereskan barang-barangnya.
Jae In panik, pasiennya akan kabur. haha..
"Bukankah kau bilang bahwa Aku bisa keluar dari rumah sakit setelah aku membayar semua biaya perawatanku? Jadi, aku akan melakukan prosedur debit, sekarang." jawab Young Gwang.
"Itu karena Kalian berdua berkelahi. Aku hanya mengatakan hal itu agar kalian berhenti berkelahi. Tanpa persetujuan dari dokter yang bersangkutan, Kau tidak bisa pergi ke mana pun." jawab Jae In dengan polosnya.

"Aku ingin meninggalkan rumah sakit, jadi mengapa Aku perlu persetujuan?" tanya Young Gwang.
"Jika Kau terus seperti ini, apa yang akan kau lakukan jika sesuatu terjadi padamu?" Jae In khawatir.
"Jika sesuatu terjadi padaku, maka itu adalah masalahku. Urus saja urusanmu sendiri! Menjauh!"
"Bagaimana aku bisa tidak peduli? Apakah Kau tahu berapa banyak dokter dan perawat yang sudah bekerja semaksimal mungkin untuk menyelamatkanmu kemarin?" ucap Jae in mencoba meyakinkan Young Gwang untuk engga keluar dari rumah sakit sebelum keadaannya membaik.
"Kalian melakukan hal itu karena uang kan?"

"Apa katamu? Benar, kau memang orang yang payah." ucap Jae In kesal.
"Apa katamu?"
"Yang Aku maksud.. bahkan kau tidak bisa memukul bola baseball. Kau sangat payah. Apakah Kau selalu begitu, kualitas permainanmu semakin turun setiap tahun? Semua yang kau lakukan di lapangan baseball hanya sebuah keburuntungan. Kau mengerti."

"Hei! Apakah Kau tahu siapa aku?"
Jae in kembali mengejek, "Jika Aku tahu kalau sifatmu seperti ini, Seharusnya kemarin aku… !"
"Apa? Apa, kemarin? Apa? Apa! Apa yang kau lakukan?"

Dengan paksa, Jae In memeriksa suhu tubuh dan tekanan darah Young Gwang.
"Suhu tubuhmu agak tinggi. Ini pasti karena Gim Yeong Gwang sedang marah, itulah mengapa suhu tubuh naik sedikit. Tidak ada perubahan yang tidak biasa. Tidak ada reaksi alergi pada kulit. Tekanan darah normal. Kondisimu tampaknya baik-baik saja. Aku akan kembali memeriksamu lagi nanti. Tolong jangan lakukan apa-apa. Tinggal saja di sini. Apakah Kau mengerti?" omel Jae In sebelum ia pergi meninggalkan ruangan. 

"Hei!" panggil Young Gwang.
"Berhentilah mengatakan hei!" kesal Jae In. "Hal ini membuat orang yangn mendengarnya benar-benar marah!"

Ia lalu mencoba tersenyum, "Maafkan aku. Aku tidak seharusnya berkata seperti ini di depan pasien. Lain kali, panggi aku dengan Yun, Nona Yun atau perawat Yun." 
Setelah keluar dari ruangan Young Gwang, Jae In bergumam. "Karena dia yang Aku jadi tidak bisa mengikuti test keperawatan." 
Kenapa Ayah Young Gwang-Kim In Bae masih terus memakai jam rusak itu? Karena Jam itu mengingatkan dirinya pada saat kecelakaan Ayah Jae In.

Akhirnya, kakek misterius dengan gemerincing lonceng itu menampakkan dirinya. Ia menaiki lift yang sama dengan Seo Jae Myung.

"Maaf, bisa tolong naik lift lain. Maaf Pak, silahkan naik lift lain." pinta Seo In Cheol-tangan kanan Seo Jae Myung. Kakek kumuh itu benar-benar membuat orang-orang berjas itu merasa risih.
"Mengapa Aku harus melakukan hal itu?" jawab sang kakek. "Bukankah ini lift untuk pasien juga? Aku seorang pasien. Aku datang untuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan."
"Jalankan liftnya." kata Seo Jae Myung.
"Ya, Presiden." jawab Seo In Cheol.
Kakek mengamati Seo Jae Myung, ia lalu berkata "Kita lihat saja, sampai kapan kau bisa menikmati gaya hidup mewah seperti ini?"

Mendengar hal itu, Seo In Cheol langsung memukul sang kakek. 

Sampai akhirnya, Seo Jae Myung bertabrakan dengan Jae In.


Seo Jae Myung menahan amarahnya, Jae In lalu membungkuk dan meminta maaf.

Dan saat Jae In hendak menaiki lift, ia melihat kakek misterius itu terkapar kesakitan..

Seo In Woo seperti mengenal Jae In, ia bergumam "Jae In. Apa mungkin..."

Seo Jae Myung datang ke rumah sakit untuk melihat keadaan Seo In Woo.

Jae In membantu sang kakek untuk mendapat perawatan.

"Kakek. Ini resep obatnya. Pergi ke apotek dan belilah obat. Biaya pengobatan telah dibayar. Jadi ini uang kakek, dan ini adalah uang untuk makanan." Jae In mengembalikan uang kakek dan menambahkan beberapa uang.
"Mengapa Kau memperlakukanku dengan sangat baik? Apakah Kau mengasihani orang tua ini?" tanya kakek heran. 

"Tidak, bukan karena kasihan, itu karena aku khawatir. Aku memberimu ini, karena aku khawatir padamu kakek." jawab Jae In seraya tersenyum. 
Kim Young Gwang masuk ke ruang perawatan, ia hendak mencari perban untuk luka di tangannya. 

Tapi tanpa sengaja ia malah mendengar Jae In yang tengah dimarahi oleh Kepala perawat.
Dan setelah Kepala perawat selesai memarahi Jae In.. Tanpa sengaja.. Hahaha.. Jae in menabrak Kim Young Gwang dengan tumpukan berkas.

"Mengapa kau berdiri di sana? " tanya Jae in terkejut. Young Gwang menunjukkan tangannya yang terluka.
"Tulang rusuknya sudah retak lagi. Jadi total tulang rusuk yang cedera ada empat." kata dokter menjelaskan. Hahaa.. bola baseball buat 2 tulang rusuk Young Gwang bengkok, sekarang gara-gara Jae In jadi bertambah 4.

"Lalu, berapa lama waktu yang dibutuhkan agar segera pulih." tanya Kim Young Gwang.
"Sekitar dua bulan." jawab dokter. 

"Duduklah silahkan. Aku akan mengantarkanmu ke ruang inapmu." pinta Jae In seraya mendorong-dorong kursi roda. Young Gwang kesal.

"Aku benar-benar menyesal." kata Jae In seraya menutupi wajahnya. "Bahkan dalam mimpiku, Aku tidak pernah berpikir kalau kau akan berdiri di sana."
"Apa posisimu di rumah sakit ini?" tanya Young Gwang.
"Membantu orang lain dan mendampingin para suster." jawab Jae In.
"Membantu? Jadi dengan kata lain Kau adalah pembantu. Nah, Kau bisa mengatakan seperti itu. Aku pikir kau benar-benar seorang perawat, tapi bahkan posisimu lebih rendah dari pada perawat."

"Bagaimana dengan dirimu sendiri?" tanya Jae In kesal. "Sebagai backupplayer bagaimana perasaanmu? Kau bukan pemain utama, Kau hanya berdiri di sisi lapangan untuk pergantian pemain. Apa kau senang diperlakukan seperti itu?" 
"Kemudian Kau harus bekerja keras! Apa karena Kau membantu operasiku, jadi Kau merasa kalau kau telah menyelamatkan nyawaku. Kenapa kau bersikap seenakmu sendiri?" 


"Memangnya siapa kau?" tanya Young Gwang.
Dengan tulus, Jae In menjawab, "Penggemarmu. Aku benar-benar minta maaf." Jae In pergi meninggalkan Young Gwang.

 Kakek misterius itu datang, "Aku sudah membeli obat dan makanan dan juga membeli makanan ringan cadang. Apakah Kau ingin makan bersama? Kenapa matamu bengkak, apa sesuatu terjadi?" tanya kakek seraya menawarkan minuman pada Jae In. 
Jae In tersenyum melihat kedatangan kakek.
"Apa yang terjadi, aku selalu seperti ini." Jae In berkata pada dirinya sendiri, "Kau selalu ingin melakukan yang terbaik. Tapi saat kau berpikir seperti itu, Kau hanya akan membuat kesalahan."

Ia meminum minuman pemberian kakek, "Aku tidak pernah merasa kalau hidup itu mudah."
Kakek tersenyum, "Sekarang kita sudah makan makanan ringan, mari kita memainkan permainan! Permainan harapan."
"Permainan harapan?"

"Aku orang yang memiliki wajah. Ketika Aku sudah makan makanan orang lain, aku tidak bisa berpura-pura tidak ada yang terjadi! Kau dapat mengatakan apa keinginanmu." kata Kakek.
"Kakek bukan dewa gunung kan." gumam Jae In.
"Katakan saja apa keinginanmu." 
Jae In tersenyum, "Apa yang akan kau lakukan? Aku punya banyak keinginan."
"Berapa banyak?" tanya kakek.
Jae In mengacungkan tiga jarinya. "Itu cukup banyak. Apa hanya tiga? Sebutkan ."

Jae in menyebutkan keinginannya, "Yang pertama adalah …. bahwa aku berharap aku bisa melihat keluargaku."
"Yang pertama. Keluargamu. . . Apa keinginan keduanya?" tanya kakek.

"Untuk keinginan kedua, Aku ingin menjadi perawat yang baik." jawab Jae In.


"Bagaimana dengan keinginan ketiga?" kakek tersenyum.
"Aku agak malu untuk mengatakan yang satu ini. Aku ingin merasakan cinta sejati. Ketika Aku bertemu orang yang akan menjadi pendampingku kelak. Kemudian kami akan membangun sebuah keluarga bahagia. Itulah ketiga harapanku."
"Sekarang aku tahu." jawab kakek. "Ulurkan tanganmu. Ayo." 


Jae In mengulurkan tangannya, dan taraaaaa... kalung berliontin kunci itu pun kembali kepada pemilik yang sebenarnya..
Jae in seperti merasakan sesuatu, sesuatu yang berharga kembali padanya. Jae In menahan tangis.

 Kakek berkata, "Doa yang terbaik adalah doa dari orang tuamu. Ini akan menjadi pelindungmu. Mulai sekarang, kunci ini akan membantumu mencapai keinginanmu. Nah, maka semuanya akan dimulai dengan pertemuannya dengan keluargamu."

Dan setelah berkata seperti itu, tring!! Kakek misterius menghilang.

."Jae In!" panggil pengasuh Jae In.
"Suster? Bagaimana kau di sini? Apakah Kau tidak merasa baik?" tanya Jae In khawatir.
"Tidak, aku hanya ingin melihatmu. Lalu mengapa kau duduk di sini sendiri?"
Jae In bingung, kakek tiba-tiba menghilang. Aku tidak pernah percaya pada cerita dongeng sebelumnya.
Jae In berkat pada dirinya sendiri, "Aku selalu merasa bahwa akhir yang indah itu jauh sekali dari kehidupanku."
"Kenapa kau bertanya seperti itu?" tanya Young Gwang saat perawat mulai menanyakan tentang alergi kulit dan tekanan darahnya.
"Apa perawat Jae In tidak mengatakan apa-apa padamu?" tanya perawat.
"Tidak, dia tidak pernah mengatakan apa-apa kepadaku." jawab Young Gwang.
Perawat itu menceritakan tentang Jae In dan pertolongannya pada Young Gwang. "Perawat Yun Jae In tidak memiliki keluarga. Dengan usahanya sendiri ia bisa menjadi asisten perawat di sini. Dengan usaha sendiri, ia belajar keperawatan. Kemudian mendapat lisensi keperawatan. Sekarang, yang ia butuhkan adalah lulus dan mendapat sertifikasi keperawatan, jadi ia bisa menjadi perawat resmi. Tapi semua itu… Kesempatannya hilang…"

Flashback :
Jae In akan segera menuju Seol untuk mengikuti ujian keperawatannya. Ini kesempatan satu-satunya bagi Jae In sehingga ia bisa menjadi perawat dan bukan hanya menjadi asisten. Tapi, keadaan Young Gwang saat itu sangat kritis. Ia sangat membutuhkan darah bergolongan O. Sayangnya, engga ada satupun persediaan darah kala itu. Jae In yang mendengar hal itu, bersedia mendonorkan darahnya, sampai akhirnya ia telat untuk ujian keperawatan. Dan kesempatannya hilang saat itu juga.
Flashback berakhir
 "Jadi itu karena aku. . . Jadi hanya untuk menyelamatkan hidupku, ia kehilangan kesempatan itu." Young Gwang merasa bersalah. Terutama, karena semua yang sudah ia katakan pada Jae In tadi siang. 
Young Gwang mencoba untuk meminta maaf, ia mencari Jae In di rumah sakit. "Yun Jae-sshi Nona Yun Jae In! Yun. . . ! Nona Yun Jae In!"
Pengasuh Jae In berkata, "Sebelum suster kepala meninggal, dia ingin Kau untuk memiliki kotak ini. Semua surat-surat dari ayahmu." 
"Ayah?" Jae In menahan tangisnya. Jae In mebuka box berisi banyak surat.

Ia teringat kata-kata kakek misterius itu, "Ini akan menjadi kunci untuk mencapai impianmu. Nah, maka semuanya akan dimulai dengan bertemu keluargamu." 
"Dalam hidupku yang sulit ini, aku benar-benar akan memiliki akhir yang indah." gumam Jae In. 

Bersambung..

0 komentar:

Posting Komentar

 

2011 Copyright Makal Linux